Sabtu, 26 Januari 2008

Working in The Dark

SEORANG buruh migran atau tenaga kerja wanita (TKW) asal Cianjur menjalani eksekusi di Arab Saudi, Sabtu (12/1). TKW bernama Yanti Iryanti binti Jono Sukardi, 42 tahun, tersebut dieksekusi di hadapan regu tembak atas perintah pengadilan Kota Mahayyil Arab Saudi dengan tuduhan telah membunuh majikannya yang bernama Aisyah Muhammad Ibrahim Al Mukhaleed (60).
Namun, pihak keluarga Yanti di Kampung Benda Desa Sukataris Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengaku tak menerima pemberitahuan secara resmi, baik dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Arab Saudi maupun perusahaan pengerah jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI). "Malah tanggal 6 Juni istri saya masih menelepon dan diterima oleh anak kedua saya, Dona. Katanya, istri saya dalam keadaan baik-baik saja," ujar Gino.
Gino mengatakan, istrinya berangkat ke Arab Saudi bulan Juni 2006 melalui PT Avida Avia Duta yang beralamat di Jalan Pisangan Timur, Jakarta. Yanti dikabarkan bekerja di Kota Assir. Sekitar satu bulan setelah berangkat, pihak KBRI memberi tahu bahwa Yanti mengadu lantaran bertengkar dengan majikannya. Melalui telepon Yanti menjelaskan bahwa pertengkaran tersebut dipicu oleh fitnah yang ditudingkan bahwa dia telah membunuh majikannya.
Waktu itu, Yanti mengaku disuruh membereskan kamar Aisyah. Di dalam kamar, Yanti menemukan Aisyah dalam keadaan sudah meninggal. "Salahnya, waktu itu saya membawa jenazah majikan ke tengah rumah," kata Gino, mengutip kata-kata istrinya.
Namun, setelah itu, Yanti tidak pernah mengatakan apa-apa. Dia sering menelepon mengabarkan kondisinya di sana. Bahkan, kata Gino, istrinya sudah 4 kali melakukan transfer. "Kalau orang bersalah dan ditahan, masa bisa kirim transfer. Terakhir transfer sebelum Lebaran sebanyak 200 real," imbuh Gino.
Menurut Gino, kabar istrinya dieksekusi diketahui dari pemberitaan di televisi. Namun, tambah dia, pihaknya belum yakin dengan kabar tersebut lantaran tidak ada pemberitahuan resmi dari pihak mana pun. "Tapi, kalau memang betul, kami minta kepada pemerintah supaya jenazah istri saya dikembalikan ke tanah air," sambung Gino.
Gino juga minta pemerintah secepatnya memberikan kejelasan mengenai status Yanti. Sebab, kata dia, sebelum ada pemberitahuan resmi, pihak keluarga masih sangsi dengan kabar meninggalnya Yanti.

Letter of Death
TANGAN kanan Gino, 40 tahun, masih menggelantung di pegangan pintu sebuah bus antarkota yang melintas di shelter Dinas Kesehatan, Cikidang, Cianjur. Sementara tangan kirinya menenteng sejumlah dagangan asongan berupa tahu, telur puyuh rebus, kripik pisang, dan air mineral kemasan. Dia biasa menjajakan dagangannya mulai pagi hingga sore di atas bus antara Cikidang hingga Terminal Bus Rawabango, atau sebaliknya.
Namun, hari itu, Minggu (13/1), ayah 5 anak ini cepat-cepat pulang meskipun waktu baru beranjak menunjukkan pukul 09.00 WIB. Alasannya, dia disusul oleh Heri (39), adik iparnya, yang mengabari ada surat dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Arab Saudi.
Airmata pun segera menderas dari mata Gino ketika membaca surat tersebut. Bagaimana tidak, surat yang dibacanya itu mengabarkan kenyataan pahit bahwa istrinya, Yanti Iriyanti (42) yang bekerja di Provinsi Assir, Arab Saudi, telah wafat di hadapan regu tembak alias dieksekusi mati. "Gusti, kenapa jadi begini..." isaknya.
Rumah bercat hijau muda di Kampung Benda Desa Sukataris Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, itu pun didatangi puluhan warga setempat yang mendengar kabar kematian Yanti. Mereka tak kuasa menahan airmata menyaksikan Gino yang terisak-isak sambil berangkulan dengan kelima orang anaknya.
Yanti dikabarkan menjalani eksekusi di Arab Saudi, Sabtu (12/1), dengan tuduhan telah membunuh majikannya yang bernama Aisyah Muhammad Ibrahim Al Mukhaleed (60). Namun, pihak keluarga masih belum bisa menerima kenyataan tersebut. Sebab, selama ini, tidak ada ada kabar jika Yanti sedang menjalani hukuman. "Malah tanggal 6 Juni istri saya masih menelepon dan diterima oleh anak kedua saya, Dona. Katanya, istri saya dalam keadaan baik-baik saja," ujar Gino saat ditemui di rumahnya.
Gino mengatakan, istrinya berangkat ke Arab Saudi bulan Juni 2006 melalui PT Avida Avia Duta yang beralamat di Jalan Pisangan Timur, Jakarta. Yanti dikabarkan bekerja di Kota Assir. Sekitar satu bulan setelah berangkat, pihak KBRI memberi tahu bahwa Yanti mengadu lantaran bertengkar dengan majikannya. Melalui telepon Yanti menjelaskan bahwa pertengkaran tersebut dipicu oleh fitnah yang ditudingkan bahwa dia telah membunuh majikannya.
Waktu itu, Yanti mengaku disuruh membereskan kamar Aisyah. Di dalam kamar, Yanti menemukan Aisyah dalam keadaan sudah meninggal. "Salahnya, waktu itu saya membawa jenazah majikan ke tengah rumah," kata Gino, mengutip kata-kata istrinya.
Namun, setelah itu, Yanti tidak pernah mengatakan apa-apa. Dia sering menelepon mengabarkan kondisinya di sana. Bahkan, kata Gino, istrinya sudah 4 kali melakukan transfer. "Kalau orang bersalah dan ditahan, masa bisa kirim transfer. Terakhir transfer sebelum Lebaran sebanyak 200 real," imbuh Gino.
Menurut Gino, kabar istrinya dieksekusi diketahui dari pemberitaan di televisi. Namun, tambah dia, pihaknya belum yakin dengan kabar tersebut lantaran tidak ada pemberitahuan resmi dari pihak mana pun. "Tapi, kalau memang betul, kami minta kepada pemerintah supaya jenazah istri saya dikembalikan ke tanah air," sambung Gino.
Bupati Cianjur, Tjetjep Muchtar Soleh, mengaku sangat prihatin dengan nasib yang dialami salah seorang warganya tersebut. Menurut dia, selain mengucapkan turut bela sungkawa, pihak pemerintah sendiri akan memberikan santunan kepada keluarga yang ditinggalkannya. "Kasus ini harus menjadi kasus terakhir yang terjadi di Cianjur. Kami harus membereskan masalah yang terus membelit para tenaga kerja tersebut," ujar Tjetjep.