Minggu, 19 Agustus 2007

Merdeka Nyata

Tepat jam 12 malam tgl 17-08-2007, saya merasakan atmosfir euforia kemerdekaan bangsa kita, terasa dari mulai acara yang disiarkan semua stasiun televisi hingga sibuknya para panitia dadakan tiap RT yang bingung mencari dana talangan karena dana kumpulan dari warga tidak cukup untuk merealisasikan agenda kegitan yang mereka rancang untuk memberikan hiburan satu hari di hari kemerdekaan bangsa kita ini.

Tak mau ketinggalan para veteran-veteran kembali membuka ingatan sejarah perjuanganya mengantarkan bangsa ini ke gerbang kemerdekaan, yang dengan semangatnya menceritakan nilai-nilai patriotisme kepada cucu-cucunya yang ternyata lebih mempercayakan pahlawan bangsa ini pada gadget-gadget canggih yang bisa membawanya menjadi patriot apapun yang dikehendaki.

Di luar panitia dan para veteran, ada sebagian kelompok yang biasa di sebut Sosialis Koboi Kampung (Soskoka) dengan gaya dan cara yang berbeda memperingati hari kemerdekaan bangsanya. Mereka itu lebih nyata dan tidak sekedar memperingati saja, tapi lebih kepada tataran menyatakan kemerdekan individu-individunya masing-masing dan lebih langsung dapat dirasakan ketimbang para panitia dadakan dan para veteran yang hanya mendapat job kemerdekaannya tiap tanggal 17 Agustus saja.

Yang terakhir adalah kelompok Anak Kampung Sini (Akamsi), yakni gerombolan yang mencoba memerdekakan tidak hanya individu atau hanya merdeka lewat cerita. Merdeka bagi mereka adalah merdeka yang berkekuatan dan berkekuasaan karena menurut mereka merdeka adalah berkuasa.

Dengan rasa hormat kepada merdeka-merdeka yang lain, yang kalau saya masukan dalam tulisan ini akan memerdekakan saya kepada merdeka yang sesungguhnya, saya harus bertanya kepada seluruh manusia yang ada di dunia ini karena merdeka tiap individu berbeda.

Akhirnya saya menutup tulisan ini dengan sebuah catatan kejadian yang saya liat tadi pagi di saat lagu Indonesia Raya dan bendera kita yang merah putih dikibarkan. Saya yang mengangap sebuah sosok yang mempunyai berbagai cara merdeka, ternyata tidak dimerdekakan dengan lagu dan bendera. Padahal salah satu bukti merdeka bangsa ini adalah ketika bendera dikibarkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Saya mencoba berbisik kepada para malaikat, terutama malaikat Izrail (pencabut nyawa) yang saya daulat sebagai bapak merdeka semua umat di dunia, tidak hanya individu atau bangsa-bangsa, karena kematian adalah kemerdekaan yang hakiki. Oleh karena itu mari kita serahkan tanggal kemerdekaan kita padanya karena akan sangat rugi kalau merdeka hanya tanggal 17 Agustus saja…



(posting by Adi 'Otonk' Supriadi, Repdem Cianjur)